Selasa, 30 Juli 2013

Bertanyalah Selalu Terlebih Dahulu

Dalam sebuah peperangan, Ali bin Abi Thalib berhasil menjungkalkan lawan tandingnya. Ketika akan menebaskan pedangnya, orang itu segera meludahi wajah Ali. Dengan refleks, Ali menarik tangannya. Ia pun tidak jadi membunuh lawannya. Ali, kenapa engkau tidak jadi membunuhku? tanya orang itu heran. “Aku khawatir membunuhmu bukan karena Allah, tetapi karena engkau meludahiku!.” Sungguh luar biasa.
Ali masih mampu mengandalikan diri walau dalam kondisi kritis. Kisah ini memberikan pelajaran berharga, kita harus mampu mengendalikan diri dalam berbagai situasi, tempat dan waktu berbeda. Tak heran bila mengendalikan diri tergolong jihad an-nafs. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW bahwa perang melawan diri (nafsu) lebih berat dari Perang Badar.
Kata kunci mengendalikan diri adalah mampu mengendalikan nafsu
.
Kita dapat mengumpamakan nafsu sebagai kuda dan setan sebagai pelatihnya. Ketika kuda itu tunduk kepada kita -bukan kepada setan-, maka kita mampu menghemat energi dan mampu mencapai tujuan dengan lebih cepat. Namun sebaliknya, kalau kuda (nafsu) itu tidak terkendali, maka kita akan seperti rodeo, terombang-ambing, terpelanting lalu binasa.
Salah satu tabiat nafsu adalah tidak seimbangnya antara kesenangan yang didapat dengan akibat yang harus dipikul. Memakan makanan haram misalnya. Rasanya memang enak, tapi hanya sebentar saat di mulut saja. Mudaratnya pun sungguh luar biasa, doa kita tidak diterima, hati menjadi gelisah, bisa menghancurkan rumahtangga, harta jadi tidak berkah, merusak mental anak, dsb. Belum lagi api neraka yang siap menyambut.
Begitu pula dengan pandangan tak terjaga. Melihatnya hanya beberapa saat, tapi bayangannya sulit dilupakan. Shalat pun jadi tidak khusyuk. Maka, kita jangan sekali-kali meremehkan nafsu. Karena bila tak terkendali dapat menghancurkan hidup kita.
Ada banyak segi yang harus selalu kita kendalikan, khususnya saat Ramadhan seperti sekarang. Seperti panca indra, perut, syahwat, ataupun perasaan.
Andai kita memandang, tahanlah sekuat mungkin dari sesuatu yang diharamkan. Segera berpaling karena Allah SWT melihat yang kita lakukan. Ketika mau menonton TV bertanyalah, Haruskah saya nonton acara ini? Apa ini berpahala? Kalau tidak, matikanlah segera TV tersebut. Untuk lebih menjaga pandangan ada baiknya di samping tempat tidur kita sediakan Alquran agar mudah dibaca, atau siapkan buku bacaan di sekitar tempat kita beraktivitas agar kita selalu terkondisi untuk melakukan hal-hal yang positif.
Mengendalikan nafsu perut juga tidak kalah penting. Bertanyalah selalu sebelum menyantap makanan. Apakah saya harus membeli makanan semahal ini? Apakah saya harus makan sebanyak ini? Apakah yang saya makan ini terjamin kehalalannya? Mana yang lebih baik, saya makan makanan sederhana dengan kalori yang sama dan sisa uangnya disedekahkan?. Kalau kita terus bertanya maka nikmat makan akan pindah; bukan dari nikmat rasa lagi tapi nikmat syukur.
Begitu pula ketika hendak berbelanja, proses bertanya harus selalu dilakukan sebagai alat mengendalikan keinginan dan nafsu. Luruskan niat terlebih dahulu. Jangan sekadar ingin, sehingga mengabaikan perhitungan. Lebaran tidak harus mengenakan baju atau aksesoris baru. Lebih baik kita memanfaatkan pakaian yang ada. Andai pun mau, sedekahkan uang tersebut kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Insya Allah akan lebih berkah.
Dengan terus bertanya kepada hati, insya Allah kita akan memiliki pengendalian diri yang baik. Apalagi yang kita miliki kalau kita tidak bisa mengendalikan diri dan terus ditipu serta diperbudak hawa nafsu. Apalagi yang berharga pada diri kita? Sungguh, tidak ada kemuliaan bagi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu yang tidak di jalan Allah SWT. Kemuliaan hanya bagi orang yang bersungguh-sungguh mengendalikan dan memelihara kesucian dirinya. Wallahu a’lam .
*** republika.co.id

Alasan Yusuf Esthes memilih Islam

Yusuf Estes, Mantan Pendeta sekaligus Musisi yang Memilih jadi Muallaf
Banyak orang bertanya pada saya (Yusuf Estes) bagaimana seorang pendeta atau seorang pengkhotbah untuk jemaat Kristiani bisa masuk Islam, apalagi mengingat banyak hal negatif kita dengar tentang Islam dan Muslim setiap hari. Ijinkan saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua orang atas ketertarikannya dan dengan penuh kerendahan hati akan saya ceritakan, semoga Tuhan meridhoinya.
Saya dilahirkan dalam keluarga Kristen yang kekristenannya sangat kuat, di Midwest, Amerika Serikat. Keluarga dan nenek moyang kami tidak hanya yang membangun gereja-gereja dan sekolah-sekolah di negeri ini, bahkan sesungguhnya adalah orang-orang yang datang ke sini saat pertama kali. Ketika saya masih di Sekolah Dasar kami pindah ke Houston, Texas, di tahun 1949 (Sekarang saya sudah tua). Kami hadir di gereja secara teratur dan saya dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, Texas. Sebagai seorang anak berumur belasan tahun, saya ingin mengunjungi gereja-gereja lain untuk belajar lebih banyak tentang ajaran dan keyakinan mereka. Gereja Baptis, Metodis, Episkopal, Gerakan Karismatik, Nazaret, Gereja Kristus, Gereja Tuhan, Gereja Tuhan dalam Kristus, Gospel Sepenuh, Agape, Katolik, Presbyterian dan masih lebih banyak lagi. Saya belajar dan mengembangkan pengetahuan saya seperti orang kehausan "Keyakinan" atau bisa kita katakan; "Kabar Baik." Penelitian saya terhadap agama tidak hanya berhenti dalam Kristianitas. Tidak sama sekali. Hinduisme, Judaisme, Buddhisme, Metafisik, kepercayaan Amerika asli juga menjadi bagian dari studi saya. Hanya satu-satunya agama yang tidak saya lirik secara serius adalah "Islam". Mengapa ? Pertanyaan bagus.
Saya menjadi sangat tertarik dengan berbagai tipe musik yang berbeda, khususnya Rohani dan Klasik. Karena seluruh keluarga saya relijius dan musik menjadi bagian dari hidup kami maka saya pun mempelajari lebih dalam kedua bidang itu. Semua itu menentukan posisi logika saya sebagai Pendeta Musik (Music Minister) di banyak gereja-gereja yang menjadi afiliasi saya selama bertahun-tahun. Saya mulai mengajarkan instrumen keyboard dari tahun 1960 dan pada tahun 1963 sudah memiliki studio sendiri di Laurel, Maryland, yang kami sebut dengan "Estes Music Studios."
Lebih dari 30 tahun saya dan ayah saya bekerja bersama di banyak proyek-proyek bisnis. Kami memiliki program-program untuk hiburan, pertunjukan, dan atraksi. Kami membuka toko piano dan organ di sepanjang jalan mulai dari Texas dan Oklahoma hingga ke Florida. Saya mendapat jutaan dolar pada tahun-tahun itu, namun tidak juga menemukan kedamaian pikiran yang hanya bisa diperoleh melalui pengetahuan akan kebenaran dan menemukan rancana yang riil tentang keselamatan. Saya yakin, sebagaimana pertanyaan yang sering muncul di hati kecil saya pada diri sendiri; "Mengapa Tuhan menciptakan saya ?" atau "Apa yang diinginkan oleh Tuhan untuk saya lakukan ?" atau "Sebenarnya, ngomong-ngomong, siapa sih Tuhan itu ?" "Mengapa kami mempercayai 'dosa asal ?" dan "Mengapa anak-anak lelaki Adam dipaksa menerima 'dosa-nya' dan kemudian sebagai konsekuensinya mereka harus dihukum selamanya. Namun jika anda menanyakan itu pada seseorang pendeta atau siapapun pemimpin Kristiani, mereka mungkin akan memberitahu anda bahwa anda harus meyakini itu tanpa perlu bertanya, atau itu adalah 'misteri' dan anda dilarang untuk bertanya.
Dan kemudian tentang konsep 'Trinitas'. Jika saya meminta pada pengkhotbah atau pendeta untuk memberi saya ide tentang bagaimana 'satu' bisa digambarkan menjadi 'tiga' atau bagaimana Tuhan sendiri, yang bisa melakukan apa pun yang Dia kehendaki, tidak mampu walau sekedar memaafkan dosa-dosa manusia, kecuali dengan menjelma menjadi manusia yang lalu turun ke bumi, menjadi seorang pria, dan kemudian mengambil alih dosa-dosa manusia. Harap diingat bahwa sepanjang Dia masih Tuhan dari seluruh alam dan Dia berkehendak melakukan sesuatu, baik di luar maupun di alam yang kita tahu, maka itu mudah bagi-Nya dan tak seorang pun bisa menghalangi. Dan kemudian pada tahun 1991, saya mencari tahu apa yang diyakini oleh Muslim tentang Bibel. Saya terkejut. Bagaimana ini bisa ? Tidak hanya sampai di situ, mereka bahkan yakin bahwa Jesus adalah :
Pembawa pesan yang sesungguhnya dari Tuhan; Nabi dari Tuhan; Lahir secara ajaib tanpa campur tangan manusia dari perawan suci Maria; Ia adalah 'Kristus' atau sebagai juru selamat sebagaimana diprediksikan dalam Bibel; Dia bersama Tuhan sekarang Dan yang terpenting, dia akan datang kembali pada Hari Kiamat untuk memimpin orang-orang beriman untuk melawan kaum 'Antikristus'.
Ini sungguh di luar dugaan saya. Islam bahkan tahu lebih banyak tentang Jesus ketimbang gambaran di Bibel, khususnya saat para evangelists (dan kami juga) pergunakan untuk membenci Muslim dan Islam di seluruh dunia dengan amat sangat. Jadi, mengapa dan apa yang saya ingin lakukan untuk orang-orang ini ?
Perjumpaan Pertama dengan Muslim Ayah saya sangat aktif mendukung aktivitas gereja, khususnya program sekolah gereja. Ia menjadi pendeta dan ditasbihkan pada tahun 1970-an. Ia dan istrinya (ibu tiri saya) kenal dengan banyak penginjil dan pengkhotbah di TV dan bahkan mengunjungi Oral Roberts dan membantu pembangunan "Menara do'a" ("Prayer Tower") di Tulsa, OK. Mereka juga pendukung kuat untuk Jimmy Swaggart, Jim dan Tammy Fae Bakker, Jerry Fallwell, John Haggi dan musuh terbesar Islam di Amerika, Pat Robertson.
Ayah dan istrinya bekerja bersama-sama dan menjadi orang yang paling aktif dalam merekam "Puji-pujianan" di kaset dan mendistribusikan untuk mereka secara gratis untuk pensiunan, rumah-rumah sakit, dan para manula. Dan kemudian di tahun 1991 ia mulai terlibat bisnis dengan orang-orang Mesir dan pada suatu waktu meminta saya untuk menemui salah seorang dari mereka. Bagi saya ini ide menarik ketika mulai terpikirkan untuk punya rasa internasionalisme. Anda tahu Piramida, Sphinx, Sungai Nil, dan semua itu. Dan kemudian ayah saya menyebut bahwa pria yang mesti saya temui tersebut adalah seorang 'Muslim.' Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Seorang 'Muslim' ? Tidak. Saya tidak sudi. Saya mengingatkan ayah saya tentang berbagai macam hal buruk yang pernah kami dengar tentang orang-orang ini, mereka adalah teroris, pembajak, penculik, pengebom dan apalagi yang orang tidak tahu siapa mereka ? Belum lagi bahwa : mereka tidak percaya pada Tuhan; mereka menciumi tanah lima kali sehari dan mereka menyembah kotak hitam di gurun. Tidak. Saya tidak bakalan sudi menemui mereka. Saya tidak akan bertemu dengan seorang pria 'Muslim' pun, tidak juga dia.
Ayah saya bersikeras agar saya menemui dia dan ia berusaha meyakinkan saya bahwa ia seorang pria yang baik. Jadi saya akhirnya menyerah dan setuju untuk bertemu dengan si Muslim itu. Tapi tentu dengan cara saya. Saya setuju bertemu dengan dia pada hari Minggu tepat setelah selesai dari Gereja jadi kami dalam kondisi baik dan siap untuk berdoa pada Tuhan. Saya membawa serta Al-Kitab di bawah lenganku seperti biasa. Saya kenakan salib besar yang mengkilat tergantung di leher saya dan tak lupa sebuah topi bertuliskan : "Jesus adalah Tuhan" tepat di bagian depan. Istri dan kedua anak perempuan saya juga datang dan kami siap untuk menemui si 'Muslim' itu.
Ketika saya tiba di toko dan menanyakan pada ayah saya mana si 'Muslim' itu, ia menunjuk ke suatu arah, dan berkata : "Itu dia ada di sana." Saya bingung. Itu bukanlah Muslim. Bukan. Saya mencari seorang pria besar dengan jubah dan sorban di kepalanya, jenggot yang bergelayut ke bawah hingga kemeja dan alisnya yang melintang di depan. Tapi pria ini tidak berjenggot. Faktanya, ia bahkan tidak punya rambut di atas kepalanya. Ia malah cenderung botak. Dan ia sangat ramah dan hangat, datang menghampiri lalu menjabat tangan saya. Ia pria yang menyenangkan. Ini tidak masuk akal. Saya kira ia teroris dan bomber. Apa-apaan ini ?
Terkejut dengan Apa yang Muslim Yakini OK, tak apa. Saya juga punya hak untuk bekerja dengan orang ini. Ia perlu 'diselamatkan' dan saya, dan Tuhan, akan melakukannya. Jadi, setelah perkenalan singkat, saya tanya ke dia :
"Apa Anda percaya adanyaTuhan?" Dia berkata: "Ya." (Bagus !) Dan kemudian saya tanya : "Anda percaya Adam dan Hawa?" Dia menjawab: "Ya." Saya lalu tanya: "Bagaimana dengan Ibrahim (Abraham) ? Anda meyakini dia dan bagaimana ia mencoba mengorbankan anaknya demi Tuhan ?" Ia menjawab: "Ya." Kemudian saya tanya : "Bagaimana dengan Musa ?" Lagi ia menjawab : "Ya." Kemudian : "Bagaimana dengan nabi-nabi lain, Daud (David), Sulaiman (Solomon) dan Yahya (John) sang Pembaptis ?" Ia menjawab : "Ya." Saya bertanya : "Anda percaya Injil (Bible) ?" Lagi, ia menjawab : "Ya." Jadi, sekarang tiba saatnya untuk satu pertanyaan besar : "Apakah anda percaya Isa Almasih (Jesus) ? Bahwa dia adalah Kristus dari Tuhan (the Christ of God) ?" Lagi ia menjawab : "Ya."
Baik, sekarang, persoalan tampak lebih mudah dari yang saya kira. Tadi itu baru saja persiapan untuk pembaptisan buat dia hanya saja dia tidak tahu. Lagi pula, saya sendirian yang melakukan. Aku telah memenangkan jiwa demi Tuhan hari demi hari namun apa yang barusan terjadi akan menjadi sebuah prestasi besar bagiku, menangkap salah satu dari 'Muslim-muslim' dan 'mengubah agama mereka' ke Kristiani. Saya tanya dia apakah ia suka teh dan ia bilang ya. Maka, kami pergi ke kedai kecil di mall dan duduk di sana berbincang-bincang tentang topik kesukaan saya : Keyakinan. Saat kami duduk di warung kopi kecil selama berjam-jam untuk berbincang-bincang (bahkan aku yang terlalu banyak bicara) saya tahu bahwa ia seorang pria yang baik, sabar, dan bahkan sedikit pemalu. Dia mendengarkan dengan seksama setiap kata yang saya ucapkan dan sama sekali tidak menginterupsi walau hanya sekali. Saya menyukai orang ini dan saya pikir ia punya potensi untuk menjadi seorang Kristen yang baik. Sedikit demi sedikit saya menjadi tahu hal positif terhadap apa yang tampak di depan mata saya.
Dan yang terpenting adalah bahwa saya setuju dengan ayah saya untuk berbisnis dengan pria ini dan bahkan mendorong ayah agar saya bisa melakukan perjalanan panjang dengannya untuk tujuan bisnis, melintasi bagian utara Texas. Hari demi hari, kami berkendaraan bersama dan berdiskusi mengenai berbagai isu termasuk perbedaan keyakinan yang dimiliki oleh beragam orang. Dan sepanjang perjalanan tersebut, saya tentu saja sambil menghidupkan siaran radio favorit saya, yakni tentang peribadatan dan pujian untuk membantu memasukkan pesan-pesan pada individu miskin rohani ini. Kami berbincang tentang konsep Tuhan; makna hidup; tujuan penciptaan; nabi dan misi-misi mereka dan bagaimana Tuhan memperlihatkan kehendak-Nya kepada umat manusia. Kami juga berbagi pengalaman-pengalaman pribadi dan ide-ide tersebut dengan lancar.
Suatu hari saya datang dan tahu bahwa teman saya Muhamad akan pindah rumah dari yang sebelumnya tinggal bersama rekannya dan bahwa ia sementara waktu akan tinggal di Masjid. Saya menemui ayah saya dan meminta beliau untuk mengundang Muhamad datang dan tinggal bersama kami di Amerika. Rumah kami cukup besar dan jika Muhamad bersedia tinggal bersama kami, maka kami bisa berbagi tugas dan pengeluaran serta kita pun bisa siap kapan pun untuk pergi keliling melakukan perjalanan. Ayah setuju dan Muhamad pun pindah dan tinggal bersama kami.
Tentu saja kami masih punya waktu untuk melakukan kunjungan terhadap pengkhotbah dan penginjil di seluruh negara bagian Texas. Salah satu dari mereka tinggal di Texas -- perbatasan Mexico dan yang lainnya tinggal di dekat perbatasan Oklahoma. Salah seorang pendeta suka dengan salib besar terbuat dari kayu yang besarnya melebihi mobil. Dia membawa balok kayu berbentuk salib besar itu dengan memanggul di atas pundaknya dan bagian bawahnya ditarik di atas tanah lalu ia bawa turun ke jalan tol. Orang-orang pada menghentikan mobil mereka dan menghampiri dia lalu bertanya apa yang sedang terjadi dan ia pun memberikan pamflet, brosur, dan booklet tentang agama Kristen.
Diskusi Kelompok tentang Keyakinan Suatu hari teman saya yang mengenakan salib mendapat serangan jantung dan dilarikan ke rumah Sakit Veteran dan harus opname di sana untuk beberapa waktu yang lama. Saya manfaatkan kunjungan saya ke sahabat saya (yang sakit di rumah sakit) tersebut beberapa kali seminggu dan mengajak Muhamad turut serta dengan harapan bahwa kami bisa berbagi bersama mengenai subyek keyakinan dan agama. Sahabat saya (sesama pendeta yang sakit tersebut) sama sekali tidak terkesan dan jelas bahwa ia tidak ingin tahu apa-apa tentang Islam. Kemudian pada suatu hari seorang pria yang sekamar dengan teman saya yang sakit datang masuk ke ruangan sambil mengendarai kursi rodanya. Saya menghampiri dia (pria di atas kursi roda itu) lalu menanyakan namanya, namun ia jawab tidak apa-apa. Dan ketika saya tanya dari mana asalnya, (pria di atas kursi roda tersebut) bilang bahwa ia berasal dari Planet Jupiter. Saya bingung atas jawaban pria ini dan mulai bertanya-tanya apakah benar saya berada di bangsal perawatan jantung ataukah bangsal perawatan pasien sakit jiwa?
Saya tahu ia pastilah seorang pria yang tengah kesepian dan depresi dan butuh seseorang dalam hidupnya. Jadi, saya mulai menjadi 'saksi' baginya tentang Tuhan. Saya bacakan alkitab Junus (Jonah) dari Perjanjian Lama. Saya ceritakan Nabi Junus yang telah dikirim oleh Tuhan untuk menyeru kaumnya ke jalan yang benar. Junus telah meninggalkan kaumnya dan melarikan diri dengan menggunakan kapal meninggalkan kota untuk pergi mengarungi lautan. Namun di tengah laut tiba-tiba badai datang dan kapal pun hampir terbalik kemudian orang-orang membawa Junus ke tepi kapal dan melemparkan dia ke tengah laut. Sebuah ikan hiu datang ke permukaan dan menelan Junus lalu kembali ke dasar laut, dan Junus berada di dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam. Namun berkat rahmat Allah ikan itu kembali ke permukaan dan memuntahkan Junus hingga ke luar dari perut ikan. Junus kembali pulang ke kota dengan selamat, ke kota Nineveh. Ide darin kisah ini adalah bahwa kita tidak bisa benar-benar lari dari masalah karena kita selalu tahu bahwa kita tidak sendiri. Ada yang maha tahu, Tuhan selalu tahu apa yang kita kerjakan.
Setelah berbagi cerita ini dengan pria di atas kursi roda itu, ia mendongak dan melihat ke arah saya, kemudian minta maaf. Ia menyesal atas sikap kasarnya pada saya dan memberitahu saya bahwa ia akhir-akhir ini telah mengalami masalah yang sangat serius. Kemudian ia mengatakan bahwa ia ingin mengakui sesuatu hal kepada saya. Dan saya bilang bahwa saya bukanlah pendeta katolik dan bahwa saya tidak menangani pengakuan dosa (confessions). Ia menjawab bahwa ia tahu itu. Faktanya, ia malah berkata : "Saya seorang pendeta Katolik."
Saya sangat terkejut. Jadi saya barusan mengkhotbahi tentang Kristiani pada seorang pendeta ! Dunia apa gerangan yang terjadi di sini ? Pendeta (yang duduk di atas kursi roda itu) mulai berbagi cerita tentang misinya sebagai misionaris untuk gereja selama lebih dari 12 tahun ke Amerika Selatan dan Tengah dan bahkan di "Dapur Neraka"-nya New York (New York's 'Hell's Kitchen'). Ketika ia keluar dari rumah sakit dan butuh tempat untuk pemulihan fisik, dari pada membiarkan dia pergi dan tinggal bersama keluarga Katolik, saya beritahu ayah saya untuk mengundang sahabat baru saya ini untuk tinggal bersama kami dan Muhamad. Ayah setuju dan kita semua sepakat bahwa ia akan segera pindah ke rumah kami.
Selama perjalanan ke rumah kami, saya berbicara pada pendeta itu tentang beberapa konsep keyakinan Islam dan alangkah kagetnya saya bahwa ia setuju untuk berbagi dan bahkan ingin berdiskusi lebih dalam lagi dengan saya. Saya juga terkejut ketika dia menceritakan pada saya bahwa pendeta Katolik sebenarnya juga mempelajari Islam dan bahkan beberapa meraih gelar doktor di bidang ini. Ini sungguh mencerahkan saya. Tapi masih ada lebih banyak lagi yang kemudian membuka pikiran saya.
Setelah sahabat saya tinggal menetap bersama kami, setiap malam kita semua berkumpul di meja makan usai makan malam, untuk mendiskusikan agama. Ayah saya membawa Al-Kitab Versinya King James (King James Version of the Bible), Saya sendiri membawa versi Al-Kitab Standard yang telah direvisi (Revised Standard Version of the Bible), istri saya membawa versi lain lagi dari Al-Kitab (mungkin seperti versi 'Berita Baik untuk Manusia Modern' punyanya Jimmy Swaggart) (Jimmy Swaggart's 'Good News For Modern Man.'). Pendeta sahabat saya, tentu saja, punya Al-Kitab Katolik (Catholic Bible) yang punya tujuh buku lebih banyak yakni Al-Kitabnya Protestan. Jadi kami semua lebih banyak menghabiskan waktu membicarakan mana Al-Kitab yang benar atau yang paling benar, ketimbang mencoba untuk meyakinkan Muhamad agar menjadi Kristen.
Pada titik ini saya ingat untuk menanyakan pada Muhamad berapa banyak versi Quran setelah 1400 lebih Quran ada di Bumi. Dia menjawab bahwa hanya ada SATU QURAN. Dan bahwa kitab suci itu tidak pernah berubah. Ia bahkan memberitahu saya bahwa ratusan juta Muslim telah hafal Quran dan juga telah mengajarkannya pada orang lain hingga hafal sampul-demi sampul, huruf demi huruf, dengan sempurna, tanpa ada kesalahan sedikit pun, tersebar di seluruh dunia di berbagai negara. Berabad-abad sejak Quran pertama kali diturunkan dihafal langsung oleh Rosulullah dan para sahabat-sahabatnya, di luar kepala, di samping dicatat secara tertulis, sempurna tanpa cacat, tanpa kesalahan satu titik pun.
Mata saya terbelalak. Suatu hal yang sulit dipercaya ! Di atas semuanya, bahasa asli Al-Qur'an masih terjaga keasliannya, sementara Bahasa Asli Al-Kitab telah lama mati berabad-abad yang lalu dan dokumentasinya itu sendiri telah lama hilang selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Jadi, hal seperti ini bagaimana bisa begitu mudah melestarikan dan membaca dari halaman demi halaman.
Pendeta Katolik Masuk Islam Pada suatu hari pendeta Katolik sahabat saya bertanya pada Muhamad apakah dia bisa ikut dengannya pergi ke Masjid untuk melihat seperti apa situasi di sana. Mereka kembali dan menceritakan pengalamannya di sana dan kami tak sabar ingin tahu seperti apa upacara (seremoni) peribadatan mereka dan apa yang mereka lakukan. Dia berkata bahwa ia tidak sungguh-sungguh melihat adanya seremoni seperti yang saya maksud. Mereka (kaum Muslim) sekedar datang, sembahyang, berdo'a, dan pergi. Saya tanya : "Mereka pergi ? Tak ada khotbah, tak ada nyanyi-nyanyi, tak ada musik ?" Teman saya bilang ya, benar begitu. Beberapa hari berlalu dan kemudian pendeta Katolik itu kembali meminta pada Muhammad agar ia diijinkan untuk ikut dengannya lagi pergi ke Masjid. Tapi kali ini berbeda. Lama sekali mereka pergi dan tidak pulang-pulang. Hingga hari menjadi gelap dan kami khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu pada mereka. Akhirnya mereka pulang juga, dan ketika mereka datang dan saya bukakan pintu saya mengenali betul Muhamad, tapi siapa pria dengan pakaian panjang di sebelahnya ? Seseorang memakai jubah putih dan peci putih. Tunggu sebentar ! Bukankah itu pendeta Katolik itu ? Spontan saya tanya ke dia : "Pete? -- Apakah kamu menjadi seorang Muslim ? Dia bilang bahwa ia telah masuk Islam pada hari ini. PENDETA MENJADI MUSLIM !! Lalu apa yang terjadi selanjutnya ? (Anda akan lihat).
Saya mengikuti dia dan Menyerahkan Diri Saya pada Tuhan Jadi, saya pergi ke lantai atas untuk memikirkan sesuatu, dan mulai berbicara pada istri saya tentang agama secara lebih menyeluruh. Istri saya kemudian memberitahu saya bahwa ia juga sudah masuk Islam, karena dia tahu bahwa ini adalah kebenaran. Saya sungguh terkejut untuk ke sekian kalinya. Saya balik lagi ke lantai bawah dan membangunkan Muhamad lalu mengajak dia keluar untuk mendiskusikan sesuatu. Kami berjalan dan berbicara secara panjang lebar semalaman. Menjelang fajar (waktu subuh untuk Muslim) saya tahu kebenaran itu telah datang akhir-akhir ini dan sekarang tiba bagian saya. Saya pergi ke belakang rumah ayah saya dan di atas potongan papan kayu tua saya berbaring dan meletakkan kepala saya sujud di atas tanah seperti arah orang Muslim sholat lima waktu sehari.
Sekarang, dalam posisi seperti itu, dengan tubuh terbaring di atas lapisan kayu dan kepala saya dalam sujud menyentuh tanah, saya memohon : 'Ya Tuhan. Jika Engkau di sana, bimbing saya, bimbing saya. Dan beberapa saat kemudian saya bangkit mengangkat kepala saya dan saya perhatikan sesuatu. Tidak, saya tidak melihat sesuatu burung atau malaikat datang dari langit atau mendengar suara atau musik, juga tidak melihat cahaya atau kilatan. Apa yang saya lihat adalah sebuah perubahan dalam diri saya."
Saya sadar sekarang, lebih dari sebelumnya bahwa kinilah saatnya saya berhenti berbohong dan menipu diri sendiri, melakukan transaksi bisnis licik. Sekarang saatnya saya sungguh-sungguh menjadi seorang yang jujur dan pria yang lurus. Saya tahu sekarang apa yang harus saya lakukan. Jadi saya pergi ke lantai atas lalu mandi, membersihkan diri, dengan pikiran yang berbeda, menjadi orang yang berbeda, dengan membasuh semua dosa-dosa saya atas apa yang telah saya lakukan selama ini bertahun-tahun. Dan sekarang saya datang dalam kehidupan yang baru dan menyegarkan. Sebuah kehidupan yang berpijak pada kebenaran dan pembuktian.
Sekitar pukul 11:00 pagi saat itu, Saya berdiri di hadapan dua orang saksi, satu mantan pendeta yang dikenal dengan Pastor Jacob Petrus (Father Peter Jacob's), dan yang satunya lagi adalah Muhamad Abdul Rahman (Mohamed Abel Rehman) dan mengikrarkan kalimat sahadat (Kesaksian terbuka bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rosul Allah).
Istri dan Ayah Saya Ikut serta Masuk Islam Beberapa menit kemudian istri saya menyusul dan mengikrarkan kalimat shahadat. Tapi sekarang dia disaksikan oleh tiga orang saksi (saya menjadi saksi ketiga). Ayah saya sedikit lebih berhati-hati dalam hal agama dan menunggu beberapa bulan sebelum beliau juga mengucapkan kalimat shahadat. Tapi akhirnya ia justru sangat berkomitmen untuk Islam dan mulai mengajak sembahyang berjamaah dengan saya dan Muslim lainnya di Masjid lokal. Anak-anak segera kami ambil dari sekolah Kristen untuk kami pindahkan ke Sekolah Islam. Dan sekarang sepuluh tahun kemudian mereka telah hafal banyak surah serta ayat-ayat suci Al-Quran serta memahami ajaran-ajaran Islam.
Ayah dari istri saya yang terakhir mengakui bahwa Jesus tidak bisa menjadi anak Tuhan dan pastilah dia seorang nabi dari Tuhan, tetapi bukan Tuhan.
Sekarang berhentilah sejenak dan berpikir. Sebuah rumah tangga dan orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan kelompok etnis yang berbeda datang bersama-sama dalam kebenaran untuk belajar dan mengetahui bagaimana menyembah sang Pencipta, Pemelihara seluruh alam semesta. Pikirkan. Seorang Pastor Katolik. Seorang minister musik dan pendeta (minister of music and preacher). Seorang minister dan pendiri sekolah Kristen. Dan mereka semua masuk Islam ! Hanya berkat rahmat-Nya kami semua memperoleh bimbingan untuk melihat kebenaran nyata Islam tanpa penghalang lagi.
Fenomena Para Pendeta pada Masuk Islam Jika saya berhenti di sini, saya yakin bahwa anda pasti mengakui, setidaknya, ini cerita yang luar biasa bukan ? Setelah itu semua, tiga pemimpin agama dari denominasi terpisah, yang tadinya keyakinan mereka tampak saling berlawanan, semuanya sama-sama masuk ke dalam satu keyakinan yang sama dalam waktu yang bersamaan, dan segera setelah itu berada dalam satu rumah spiritual yang sama ?
Tapi itu belum semuanya. Ada lagi ! Di tahun yang sama, ketika saya berada di Grand Prairie, Texas (dekat Dallas) saya berjumpa dengan seorang mahasiswa Seminary Baptis dari Tennessee bernama Joe, yang masuk Islam setelah membaca Qur'an di saat sedang mengikuti kelas BAPTIST SEMINARY COLLEGE!
Ada lagi yang lain. Saya ingat peristiwa seorang Pemimpin Katolik, di sebuah perguruan tinggi di kota, yang berbicara begitu banyak tentang kebaikan Islam dengan bersemangat sehingga mendorong saya untuk menanyakan padanya kenapa tidak masuk Islam saja. Ia menjawab : "Apa ? Dan saya kehilangan pekerjaan saya ?" - Namanya adalah Pastor John (Father John) dan ada harapan baginya.
Lagi ? Ya. Setahun kemudian saya bertemu seorang mantan Pastor Katolik yang telah menjadi misionaris selama 8 tahun di Afrika. Dia mempelajari Islam saat berada di sana dan kemudian masuk Islam. Ia mengubah namanya menjadi Omar dan pindah ke Dallas Texas.
Ada lagi ? Ya, sekali lagi, ada. Dua tahun kemudian saat berada di San Antonio, Texas saya diperkenalkan dengan seorang mantan Uskup Arch Gereja Ortodoks Rusia yang mempelajari Islam dan kemudian meninggalkan posisinya untuk masuk Islam. Dan sejak saya menjadi 'pendeta'-nya Islam dan menjadi salah seorang pemimpin untuk kaum Muslim di seluruh Amerika dan bahkan di seluruh dunia, saya bertemu lebih banyak lagi individu-individu yang juga seorang pemimpin, pengajar, dan sarjana dari agama lain yang telah mempelajari Islam kemudian masuk Islam. Mereka berasal dari Hindu, Yahudi, Katolik, Protestan, Saksi Jehovah, Yunani dan Rusia Ortodoks, Kristen Koptik dari Mesir, gereja non-denominasi dan bahkan ilmuwan yang tadinya atheis.
Mengapa ? Pertanyaan bagus. Saran untuk Mencari Kebenaran Ijinkan saya untuk memberi saran bagi pencari kebenaran untuk melakukan SEMBILAN LANGKAH untuk memurnikan pikiran : Bersihkan pikiran, hati, dan jiwa baik mereka. Hapuskan semua prasangka buruk dan persepsi yang salah. Baca terjemahan dan makna Qur'an yang baik dalam bahasa yang paling bisa dimengerti.(Lebih baik baca Quran yang diterjemahkan oleh ahlinya, yakni kaum Muslim sendiri yang paling mengetahui makna/tafsir Qur'an yang benar dan bukan oleh orang non muslim yang terjemahannya sangat bias, sembrono, semaunya, karena didasari oleh niat dan hati yang jahat.) (Kalimat dalam kurung adalah tambahan dari penerjemah)
Luangkan waktu. Baca dan renungkan. Berpikir dan berdo'alah. Dan tetaplah mohon petunjuk pada Tuhan yang menciptakan anda saat pertama kali, untuk mendapat bimbingan ke arah kebenaran. Tetaplah pada hal-hal di atas selama beberapa bulan. Dan lakukan itu secara teratur. Di atas semuanya, jangan biarkan orang lain meracuni pikiran atau mempengaruhi anda di saat anda sedang dalam keadaan "jiwanya terlahir kembali."
yusuf estes muallaf Selebihnya adalah urusan anda dengan Tuhan Yang Maha Pencipta. Jika anda sungguh-sungguh mencintai-Nya, maka Dia sudah tahu dan Dia yang akan menunjukkan jalan tergantung pada hati kita masing-masing. Jadi, sekarang anda telah mendapat pengenalan awal dari cerita saya tentang bagaimana saya bisa masuk Islam dan menjadi Muslim. Ada lebih banyak lagi di Internet cerita seperti yang saya alami ini dan lebih banyak lagi gambaran yang tak kalah baiknya. Silakan luangkan waktu anda untuk mengunjungi situs-situs Islam yang baik, yang dikelola oleh kaum Muslim dan bukan situs yang berkedok Islam tapi menjelek-jelekkan Islam, musuh-musuh Islam, dan mari kita berbagi bersama dalam kebenaran berdasarkan bukti untuk memahami asal muasal kita dan tujuan hidup kita sebelum dan sesudah kita mati.

Ketika Bumi di Penuhi Malaikat

Lailatul Qadr, betapa mulianya malam itu!
Al-Qur’an menginformasikan bagaimana para Malaikat dan Jibril turun ke bumi atas izin Allah SWT.; bagaimana malam itu dilukiskan sebagai lebih mulia dari seribu bulan; bagaimana bumi penuh sesak dengan kehadiran para malaikat itu.
Rasul menganjurkan kita untuk mencari malam itu, yang saking mulianya sehingga dirahasiakan kepastiannya oleh Allah. Rasul hanya memberi petunjuk untuk mencarinya di sepuluh malam terakhir Ramadhan, khususnya di malam-malam yang ganjil.
Pertanyaannya, di sepuluh malam itu apa yang sebaiknya kita lakukan? Persiapan apa yang harus kita lakukan menunggu datangnya para tamu agung dari langit itu, sikap apa yang harus kita ambil ketika ternyata para tamu itu mampir ke rumah kita, dan, akhirnya, ibadah apa yang mesti kita lakukan di saat datangnya malam itu?
Banyak riwayat yang menjelaskan hal itu, banyak pula saran dan kisah para ulama yang bisa kita jadikan patokan. Namun, saya menyarankan untuk melakukan dua hal.
Pertama, banyak-banyaklah berdekah. Sungguh hanya di bumi inilah kita mendapati saudara kita yang kekurangan. Hanya di bumi orang-orang kaya memberikan makanan kepada kaum fukara wal masakin. Kedua, merintih dan menangislah kita untuk memohon ampunan Allah.
Dua amalan itu merupakan amalan yang malaikat tak sanggup melakukannya. Bukankah di langit tak ada yang miskin, sehingga mustahil malaikat bisa bersedekah. Malaikat yang suci itu tentu saja tak pernah melakukan maksiyat, karenanya mereka adalah suci. Mereka tak pernah merintih dan menangisi dosa mereka. Kitalah yang mampu melakukannya.
Dalam Tafsir al-Fakhr ar-Razi diceritakan bagaimana Allah berkata, “rintihan pendosa itu lebih aku sukai daripada gemuruh suara tasbih”. Malaikat mampu melakukan tasbih, namun gemuruh suara tasbih dari para malaikat kalah kualitasnya dibanding rintihan dan tangisan kita yang memohon ampun pada Allah SWT.
Mari kita sambut Lailatul Qadr dengan dua amalan yang bahkan malaikat pun tak sanggup melakukannya. Bersedekah-lah…. kemudian menangis dan memohon ampunan ilahi. Siapa tahu, ada malaikat yang bersedia mampir ke rumah kita; dan malam itu menjadi milik kita, insya Allah!

Pendeta Pembenci Islam Jadi Mualaf

Tidak pernah ada dibenak Yusuf Estes, seorang pendeta Kristen yang sangat membenci Islam sebelumnya untuk memeluk agama penyempurna ini.

Yusuf Estes lahir dari keluarga Kristen yang taat di Midwest, Amerika Serikat. Keluarganya aktif dibidang sosial dan keagamaan, seperti membangun gereja dan sekolah di AS. Ia dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, Texas.

Keingintahuannya yang besar terkait ajaran Kristen membuatnya sering mengungjungi gereja-gereja lain sepeti Metodis, Episkopal, Nazareth, Agape, Presbyterian dan lainnya.

Hal ini yang membuatnya menjadi seorang Pendeta yang taat. Tapi selain itu Estes juga mempelajari agama lain seperti Hindu, Yahudi, dan Buddha.

Awalnya ia bekerja sebagai musisi di gereja sekaligus penginjil. Namun kini, ia berkeliling dunia dan telah banyak mengislamkan orang. Di bawah ini adalah penuturannya. Yusuf Estes lahir tahun 1944 di Ohio, AS. Tahun 1962 hingga 1990 ia bekerja sebagai musisi di gereja, penginjil sekaligus mengelola bisnis alat musik piano dan organ. Awal 1991 ia terlibat bisnis dengan seorang pengusaha Muslim asal Mesir bernama Muhammad Abd Rahim. Awalnya ia bermaksud meng-Kristenkan pria Mesir itu. Namun akhirnya ia justru memeluk Islam diikuti oleh istri, anak-anak, ayah serta mertuanya.

Ia menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes secara regular tampil di PeaceTV, Huda TV, demikian pula IslamChannel yang bermarkas di Inggris. Ia juga muncul dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi.

Yusuf terlibat aktif di berbagai aktifitas dakwah. Misalnya, ia menjadi imam tetap di markas militer AS di Texas, dai di penjara sejak tahun1994, dan pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia. Syekh Yusuf telah meng-Islam-kan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. Berikut kisah Syekh Yusuf sebagaimana dituturkannya di situs www.islamtomorrow.com.

Nama saya Yusuf Estes. Saat ini dipercaya memimpin sebuah organisasi bagi Muslim asli Amerika. Kini sepanjang hidup saya berikan untuk Islam. Saya berkeliling dunia untuk memberikan ceramah dan berbagi pengalaman bagaimana Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan berbagai kalangan. Misalnya para pemuka agama seperti pendeta, rabi (ulama kaum Yahudi-red) dan lainnya dimanapun mereka berada.

Kebanyakan medan kerja kami adalah kawasan institusional seperti pusat militer, universitas, hingga penjara. Tujuan utama adalah untuk menunjukkan Islam yang sebenarnya dan memperkenalkan bagaimana hidup sebagai seorang Muslim. Meskipun Islam saat ini berkembang sebagai salah satu agama terbesar kedua setelah Kristen, namun masih banyak saja terjadi misinformasi tentang Islam. Misalnya Islam selalu diidentikkan dengan hal berbau Arab.

Banyak orang bertanya pada saya bagaimana mungkin seorang pendeta atau pastur Kristen bisa masuk Islam. Padahal tiap hari kami menyampaikan kebenaran Kristen. Belum lagi dengan berita-berita negatif tentang perilaku buruk Islam di media. Pasti tidak ada orang yang tertarik dengan Islam. Pernah seorang pria Kristen bertanya pada saya melalui e-mail kenapa dan bagaimana saya meninggalkan Kristen dan masuk Islam. Saya berterima kasih pada semua yang bersedia mendengar kisah saya berikut ini. Semoga Allah ridha.

Keluarga Kristen taat
Saya lahir di Ohio, besar dan bersekolah di Texas. Dalam tubuh saya mengalir darah Amerika, Irlandia dan Jerman hingga sering disebut WASP (white anglo saxon protestant). Keluarga kami adalah penganut Kristen yang sangat taat. Tahun 1949, ketika masih di bangku SD kami pindah ke Houston, Texas. Saya dan keluarga sering hadir secara rutin ke gereja. Malah saya dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, masih Texas.

Sebagai seorang remaja, saya punya keinginan untuk bisa berkunjung ke banyak gereja di berbagai tempat guna menambah pengalaman dan pengetahuan Kristen. Kala itu saya benar-benar haus untuk mempelajari ajaran Kristen. Tidak hanya ajaran Kristen, bahkan ajaran Hindu, Budha, Yahudi,hingga Metafisika juga saya pelajari. Hanya satu ajaran yang saya tidak begitu serius dan bahkan tidak menaruh perhatian sama sekali, yakni Islam.

Saya suka musik terutama klasik. Hingga saya sering dapat undangan menyanyi di berbagai gereja. Di kisaran tahun 1960-an saya mengajar musik dan tahun 1963 punya studio sendiri di Laurel, Maryland yang saya beri nama “Estes Music Studios.” Hingga tahun 1990 atau hampir 30 tahun lamanya saya bersama dengan ayah mengelola bisnis entertainment. Kami juga punya toko alat musik piano dan organ di Texas, Oklahoma hingga Florida.

Ayah dulu pernah aktif dalam aneka kegiatan gereja. Dari sekolah minggu hingga aktifitas penggalangan dana bagi pengembangan sekolah Kristen. Dia sangat menguasai Bibel dan juga terjemahannya. Melalui ayah pula saya belajar Bibel dalam berbagai versi dan terjemahan.

Ayah saya, seperti kebanyakan pendeta lainnya, selalu mendapat pertanyaan:”Apakah Tuhan yang menulis Bibel?” Biasanya jawabannya adalah: “Bibel adalah rangkaian kata inspirasi seorang lelaki yang berasal dari Tuhan.” Itu bermakna, menurut saya, manusialah yang menulis Bibel. Tentu saja, selama bertahun-tahun, jawaban itu menimbulkan banyak tanggapan bahkan penolakan. Namun ayah selalu menambahkan,”Akan tetapi (Bibel) itu tetap kata dari Tuhan yang diilhamkan kepada manusia.” Begitulah.

Mencari Tuhan
Beranjak dewasa dan memiliki usaha sendiri, akhirnya saya “menyerah”. Saya tidak mungkin jadi seorang pendeta. Saya takut bermental hipokrit. Saya belum bisa menerima tentang konsep Tuhan itu satu namun pada saat yang sama Dia menjadi “Tiga” atau Trinitas. Saya selalu bertanya-tanya, jika Dia “Tuhan Bapa” bagaimana mungkin pada saat yang sama juga menjadi “Anak Tuhan?”

Selama bertahun-tahun saya mencoba mencari Tuhan dengan berbagai cara. Saya pelajari dan cek dalam agama Budha, Hindu Metafisika, Taoisme, Yahudi dan banyak lagi. Bertahun-tahun saya pelajari hingga mendekati usia ke-50 saya belum menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya. Lalu saya mencoba bergaul dengan banyak kalangan, termasuk dengan para evangelis dan penginjil yang punya pengalaman di berbagai tempat dan negara. Kami sering melakukan perjalanan jauh. Namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Tidak ada yang mau menjawab siapa yang menulis Bibel sebenarnya, kenapa Bibel banyak versi padahal bukunya sama, kenapa banyak sekali terdapat kesalahan versi terkini dengan versi terdahulu. Dan, bahkan, dalam berbagai versi Bibel, saya tidak menemukan satupun kata “Trinitas.”

Kolega saya akhirnya tidak mampu meyakinkan saya. Mereka lelah mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan “nyeleneh” tersebut. Sampai akhirnya datanglah satu kejadian yang merupakan awal perjumpaan saya dengan Islam. Kejadian yang akhirnya meruntuhkan semua konsep-konsep dan keyakinan-keyakinan yang telah membebani saya selama bertahun-tahun. Solusi dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya datang justru dengan cara, yang menurut saya, aneh dan ganjil.

Jumpa pria Mesir
Ceritanya, awal 1991 ayah mencoba menjalin bisnis dengan seorang pengusaha dari Mesir. Ia meminta saya untuk bertemu dengan pria Mesir itu. Bagi saya inilah kali pertama mengadakan kontak bisnis internasional. Yang saya tahu tentang Mesir adalah piramid, patung Sphinx, dan sungai Nil. Hanya itu. Lalu ayah menyebut bahwa pria itu seorang Muslim.

Apa? Islam? Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Menjalin hubungan dengan orang Islam? Spontan batin saya menolak. Tidak, no way! Saya mengingatkan ayah agar membatalkan kontak dengan pria itu dengan menyebut hal-hal negatif tentang orang Islam. Orang Islam teroris, pembajak, penculik, pengebom, dan entah apa lagi. Saya sebut juga mereka (orang Islam) tidak percaya dengan Tuhan, tiap hari kerjanya mencium tanah lima kali sehari, dan menyembah kotak hitam di tengah padang pasir (maksudnya Ka’bah-red.). Tidak! Saya tidak mau jumpa orang itu.

Ayah tetap mendesak. Ia menyebut orang itu sangat ramah dan baik hati. Akhirnya saya menyerah dan bersedia bertemu dengan pengusaha Islam tersebut. Tapi untuk pertemuan tersebut saya buat semacam “aturan” khusus. Antara lain; saya mau bertemu dengannya pada hari Minggu setelah kegiatan di gereja, sehingga punya “kekuatan” kala bertemu nanti. Saya musti bawa Bibel, pakai baju jubah dan peci ala gereja bertuliskan “Yesus Tuhan Kami.” Istri dan kedua anak perempuan saya juga harus datang di saat pertemuan pertamakali dengan orang Islam itu.

Tibalah hari H. Ketika saya masuk toko, langsung saya tanya pada ayah mana orang Islam itu. Ayah menunjuk seorang laki-laki di dekatnya. Mendadak saya dilanda kebingungan. Ah sepertinya pria itu bukan si Islam yang dimaksud. Hati saya membatin. Penampilannya tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki asal Mesir itu tidak berjanggut, bahkan tidak punya rambut sama sekali alias botak. Ia tidak bersorban dan tidak pula berjubah. Malah pakai jas.

Spontan saya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mengamati orang-orang yang hadir. Saya mencari-cari orang yang pakai jubah dengan surban melilit di kepalanya, berjenggot lebat serta alis mata tebal. Khas orang Arab. Namun tidak ada seorangpun yang memenuhi kriteria saya. Yang lebih mengejutkan, pria itu malah menegur saya dengan sangat ramah. Ia menyambut dan menjabat tangan saya dengan hangat. Namun saya tidak terkesan dengan tingkahnya itu. Hanya ada satu pikiran, yakni bagaimana meng-Kristenkan pria Mesir itu.

Interogasi
Selepas perkenalan singkat, saya pun mulai “menginterogasi” pria Mesir tersebut. Anda percaya dengan Tuhan? tanya saya mengawali. Pria itu menjawab ya. Saya mencocornya lagi dengan rentetan pertanyaan lain seperti keyakinan Islam kepada Nabi Adam, Ibrahim. Musa, Daud, Sulaiman hingga Isa Al-Masih. Saya dibuat terpana kala mendengar jawabannya. Ia menjelaskan Islam percaya dengan Nabi-Nabi yang saya sebut tadi. Bahkan makin ternganga kala diberitahu Islam juga beriman dengan salah satu Kitab Allah yakni Injil dan Nabi Isa adalah salah satu utusan-Nya. Fantastik!

Yang bikin saya syok adalah tatkala mengetahui ternyata Islam juga percaya dengan Almasih (baca: Nabi Isa). Dalam Islam ternyata Isa diimani; sebagai utusan Tuhan dan bukan Tuhan, lahir tanpa seorang ayah, ibunya adalah Maryam. Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mempelajari Islam lebih lanjut. Ah padahal sebelumnya saya sangat benci dengan Islam. Kini saya harus mempelajarinya? Bagaimana mungkin?

Akhirnya kami jadi sering bertemu dan berdiskusi terutama tentang keimanan. Pria ini sangat lain. Ramah, kalem, dan terkesan pemalu. Ia mendengar dengan serius setiap kata-kata saya dan tidak menyela sedikitpun. Lama kelamaan saya jadi menyukai pria itu. Namun waktu itu yang masih terpikir oleh saya adalah mencari cara untuk mengajaknya masuk Kristen. Orang ini sangat potensial menurut saya.

Menjadi mitra bisnis
Saya akhirnya setuju untuk menjalin bisnis dengan pengusaha Mesir itu. Kami sering mengadakan perjalanan bisnis di sepanjang kawasan Utara Texas. Sepanjang hari kami justru banyak berdiskusi hal keyakinan Islam dan Kristen ketimbang masalah bisnis. Kami bicara tentang konsep Tuhan, arti hidup, maksud penciptaan manusia dan alam serta isinya, tentang Nabi, dan banyak lainnya lagi.

Satu ketika saya dapat kabar Muhammad bermaksud pindah rumah. Selama ini ia tinggal bersama dengan seorang temannya. Ia berencana untuk tinggal di mesjid selama beberapa waktu. Saya dan ayah mengajaknya tinggal di rumah kami saja. Ia pun setuju.

Satu ketika salah seorang teman saya –seorang pendeta- mengalami serangan jantung. Kami membawanya ke rumah sakit terdekat dan tinggal beberapa saat disana. Saya pun musti menjenguknya beberapa kali dalam seminggu. Muhammad sering saya ajak serta. Rupanya teman saya itu tidak begitu suka. Bahkan ia dengan nyata menolak berdiskusi apapun tentang Islam. Hingga satu hari datang pasien baru. Seorang pria yang kemudian tinggal satu kamar di rumah sakit dengan teman saya. Ia menggunakan kursi roda. Saya berkenalan dengan pria itu. Sekilas tampaknya pria itu seperti sedang depresi berat.

Pria di kursi roda mencari Tuhan
Akhirnya saya tahu pria itu kesepian dan depresi berat serta butuh teman dalam hidupnya. Jadilah saya mencoba mengingatkan dia tentang Tuhan. Saya kisahkan tentang Nabi Yunus yang hidup dalam perut ikan. Sendirian dalam gelap namun masih ada Tuhan bersamanya.

Selepas mendengar kisah itu, pria berkursi roda itu mendongakkan kepalanya seraya meminta maaf. Ia menceritakan bahwa ada sedikit masalah yang melandanya. Selanjutnya ia ia ingin mengakuinya kesalahannya itu di hadapan saya. Saya berujar bahwa saya bukan seorang pendeta. Pria itu justru menjawab; “Sebenarnya saya dulu seorang pendeta.”

“Apa? Saya barusan menceramahi seorang pendeta ? Saya benar-benar syok kala itu. Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi dengan dunia ini sebenarnya?

Rupanya pendeta itu –namanya Peter Jacobs- adalah mantan misionaris yang telah berkeliling Amerika Latin dan Meksiko selama 12 tahun. Kini ia malah depresi dan butuh istirahat. Saya menawarkannya untuk tinggal di rumah kami. Dalam perjalanan ke rumah, saya berdiskusi dengan Peter tentang Islam. Saya sungguh terkejut kala diberitahu para pendeta Kristen juga belajar tentang Islam dan bahkan sebagiannya ada yang doktor di bidang itu. Ini hal baru bagi saya tentunya.

Sejak itu, Muhammad, Peter dan saya sering terlibat diskusi hingga larut malam. Satu ketika masuk ke masalah kitab-kitab suci. Saya takjub kala Muhammad menceritakan bahwa dari pertama diturunkan hingga saat ini atau selama 1400 tahun Al-Quran hanya ada satu versi. Al-Quran dihafal oleh jutaan Muslim di seluruh dunia dengan satu bahasa yaitu Arab. Sungguh mustahil. Bagaimana mungkin kitab suci kami bisa berubah-ubah dengan berbagai versi sementara Al-Quran tetap terpelihara?

Sang pendeta masuk Islam!
Satu hari pendeta Peter Jacobs ingin melihat apa yang dilakukan orang Islam di Mesjid. Ia pun ikut Muhammad. Sepulang dari sana saya bertanya pada Peter ada kegiatan apa di sana. Peter menyebut tidak ada acara apa-apa di mesjid. Mereka (orang Islam) cuma datang dan shalat saja. Tidak ada acara seremoni apapun. Apa? tidak ada ceramah atau nyanyian apapun?

Beberapa hari kemudian Peter minta ikut lagi ke mesjid. Namun kali ini lain. Mereka tidak pulang-pulang hingga larut malam. Saya khawatir sesuatu terjadi terhadap mereka. Akhirnya Muhammad kembali dengan seorang pria berjubah. Saya sungguh terkejut dengan laki-laki yang datang bersama Muhammad itu. Ia mengenakan jubah dan topi putih. Ah rupanya si Peter. Ada apa dengan kamu tanya saya. Jawaban Peter bak petir di siang bolong. Ia menyebut sudah bersyahadah. Oh Tuhan! Apa yang terjadi? Pendeta masuk Islam?

Saya benar-benar syok dan semalaman tidak bisa tidur memikirkan hal itu. Saya ceritakan kejadian tersebut kepada istri. Istri saya justru menyatakan ia juga ingin masuk Islam, karena itulah yang benar. Oh Tuhan! Saya benar-benar tidak percaya.

Saya turun ke bawah dan membangunkan Muhammad seraya minta waktu diskusi dengannya. Sepanjang malam hingga subuh kami bertukar pendapat. Muhammad minta izin shalat Subuh. Ketika itu saya mendapat firasat, kebenaran telah datang. Saya harus membuat pilihan. Lalu saya keluar rumah. Persis di belakang rumah, saya memungut sepotong papan. Lalu saya letakkan papan itu menghadap ke arah orang Islam shalat. Saya pun bersujud menghadap kiblat dan meminta petunjuk-Nya.

Sekeluarga masuk Islam
Pagi itu, pukul 11, saya bersyahadah di hadapan dua orang saksi, mantan pendeta Peter Jacobs dan Muhammad Abd. Rahman. Alhamdulillah, di usia ke-47 saya jadi seorang Muslim. Beberapa menit kemudian istri saya juga ikut bersyahadah. Ayah baru memeluk Islam beberapa bulan kemudian. Sejak itu saya dan ayah sering ke mesjid terdekat di kota kami. Ayah mertua saya akhirnya juga mengikuti kami. Di usianya yang ke-86 ia memeluk Islam. Mertua saya meninggal persis beberapa bulan selepas bersyahadah. Semoga Allah ampuni dia. Amiin.

Adapun anak-anak saya pindahkan dari sekolah Kristen ke sekolah Islam. Setelah sepuluh tahun bersyahadah, mereka telah mampu menghafal beberapa juz Al-Quran.

Sejak itu saya habiskan waktu hanya untuk Islam. Saya berdakwah ke mana-mana, hingga ke luar Amerika. Banyak sudah yang memeluk Islam. Baik dari kalangan birokrat, guru, dan pelajar dari berbagai agama. Dari Hindu, Katolik, Protestan, Yahudi, Rusia Orthodok, hingga Atheis. Saat ini saya juga mengelola sebuah website yakni Islamalways.com yang punya motto terkenal, " where we're always open 24 hours a day and always plenty of free parking." (kami buka 24 jam sehari dan banyak tempat parkir gratis).

Islam telah mengubah cara saya melihat kehidupan ini dengan lebih bermakna. Semoga Allah pelihara hidayah yang sudah ada pada kita dan sebarkan hidayah itu ke seluruh alam. Amin.