Rabu, 14 Agustus 2013

Kerapatan Shaf Sholat Berjamaah Mendekatkan Rahmat Allah

Dari pengalaman pribadi sholat di mesjid kantorku ( Mesjid Nurul Muhajirin) di Ringroad, aku merasa nyaman dgn kerapihan dan kerapatan shaf nya (pada shaf perempuan) karena ada pemberitahuan di pampang di depan jamaah baik itu jamaah laki-laki maupun perempuan, sehingga kami jadi tahu bahwa shalat shafnya harus rapat dan rapi.
Namun saat aku sholat di salah satu mesjid terbesar di kotaku - Balikpapan, aku merasa jengah karena tidak adanya aturan shaf harus lurus dan rapat, sehingga jamaah yang datang dari berbagai kalangan tidak mengetahui bahwa shaf sholat harus rapat dan lurus, ( rapat disini adalah kaki antar jamaah saling bersentuhan dan kita berdiri dgn kaki agak terbuka sejajar dgn bahu kita ( krn untuk tempat saat kita duduk tasyahud) karenanya pada saat sholat tersebut karena tidak bersentuhan walaupun jamaahnya banyak aku merasa seperti sholat sendirian ( kurang nyaman dan membuatku tidak khusyu).
Terlebih lebih pada shaf wanita, kadang ada yang membawa sajadah sendiri yang ukurannya sekarang lumayan lebar, sehingga saat digelar dan berdiri ditengah sajadah tentunya masih banyak kelebihan tempat di sebelah kanan dan kiri, yang otomatis tidak bisa rapat kiri dan kanan. kalau boleh usul sebaiknya lebar sajadah diperkecil saja ( +/- menjadi 40 cm saja / sejadah.
Melihat itu aku langsung browsing artikel dan gambar yang mewajibkan kita merapatkan dan meluruskan shaf sholat. Dan aku berencana akan menempelkan di Mesjid tersebut agar semua jamaah tahu dan mengerti bagaimana seebaiknya cara sholat jamaah yang benar.. semoga Allah memudahkan niatku ini. Dan akupun ingin mensyiarkannya di Blog-ku ini. Agar sholat kita mendapat Rahmat Allah Swt.
Syaamilquran.com – Salah satu bagian penting dalam melaksanakan shalat berjamaah adalah kerapian shaf atau barisan makmum. Karena itu, sebelum shalat berjamaah, imam selalu mengingatkan makmum agar merapikan shaf-nya. Merapikan shaf merupakan cerminan dari Islam sebagai agama yang sangat memperhatikan kedisiplinan dan keteraturan hidup. Pengaturan shaf shalat bermakna kerapian yang cermat melebihi kerapian dan kedisiplinan militer.
Layaknya upacara kemiliteran, seorang imam bertanggung jawab memeriksa barisan atau shaf makmumnya. la harus menata dan merapikan shaf jamaahnya sebelum takbiratul ikram. Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Ratakan (rapat & lurus) shaf kalian, sebab meratakan shaf adalah termasuk kesempurnaan shalat” (HR. Bukhari­ & Muslim). Jadi tidak sempurna shalat jamaah kita jika tidak rapi shafnya.
Selain itu, imam tidak cukup berkata luruskan dan rapatkan shaf, lantas memulai shalat sedangkan shaf makmumnya masih belum rapi. Imam juga harus memberi pengarahan dan perhatian khusus kepada makmum yang belum sempurna posisinya. Berikut ini beberapa panduan mengatur kerapian shaf bagi imam dan makmum berdasar tuntunan Rasulullah saw.:
1. Sebelum memulai shalat, hendaknya imam memeriksa dan mengatur shaf makmum hingga benar-benar rapi. Nu’man bin Basyir ra berkata, “Rasulullah saw. meratakan shaf kami sebagaimana meratakan anak-anak panah sehingga beliau merasa bahwa kami telah memenuhi perintahnya itu dan benar-benar mengerti. Tiba-tiba suatu hari beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan melihat ada seseorang.yang menonjolkan dadanya ke depan, maka Nabi saw. bersabda, “Hendaklah kamu meratakan shafmu atau kalau tidak, maka Allah akan memperlainkan wajahmu (akan selalu dalam perselisihan dan sengketa) (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, & Turmudzi).
2. Makmum dianjurkan mengisi shaf terdepan Nabi saw. bersabda, “Andaikata manusia tahu pahala yang tersedia untuk memenuhi panggilan azan serta shaf pertama, kemudian orang-orang itu tidak dapat memperolehnya kecuali dengan jalan undian, niscaya mereka akan merebutnya walau dengan cara undian itu” (HR. Bukhari)
3. Makmum memulai shaf dari tengah (persis di belakang imam) lalu berurutan ke kanan, baru kemudian mengisi barisan di sisi kiri. Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memberi rahmat serta mendoakan supaya diberi rahmat bagi orang-orang yang shalat di yang sebelah kanan” (HR. Abu Daud & Ibnu Majah dari Aisyah ra).
Meski sebelah kanan harus dipenuhi dahulu, hendaknya posisi sang imam tetap di tengah. Nabi saw. bersabda, “Tempatkanlah imam itu di tengah dan penuhilah sela-sela shaf” (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ra). Meskipun secara sanad hadits ini dinyatakan lemah, namun secara makna dan isi-benar, karena sesuai dengan kesimpulan yang didapat dari sekumpulan hadits shahih terkait.
4. Hendaknya makmum tidak membuat shaf baru sebelum shaf di depannya terpenuhi. Di suatu hari ketika hendak memulai shalat berjamaah, Nabi saw. bersabda, “Tidakkah kalian ingin berbaris sebagaimana halnya malaikat di hadapan Allah?” Para sahabat bertanya, “Bagaimana cara malaikat berbaris di hadapan Allah?” Nabi saw. menjawab, “Mereka menyempurnakan dulu shaf pertama serta merapatkannya benar­benar” (HR. Jamaah dari Jabir bin Samurah ra).
5. Makmum mengisi atau menyambung shaf di depannya yang masih kosong/ putus. Nabi saw. bersabda, “Barang siapa menyambung shaf, maka hubungannya akan disambung pula oleh Allah. Dan barang siapa yang memutuskan shaf, maka hubungannya akan diputuskan pula oleh Allah” (HR. Nasai, Hakim, Ibnu Kuzaimah dari Ibnu Umar ra).
6. Meluruskan dan merapatkan shaf hingga dada atau bagian tubuh seseorang tidak lebih maju/mundur atau tala ada celah di antara orang yang ada di sisinya. Hendaknya makmum mendekat satu sama lain hingga bahu dan kaki saling menempel. Janganlah terpaku pada alas shalat atau sajadah hingga ada celah. Nabi saw. bersabda, “Ratakan shafmu, rapatkan bahu-bahumu, lunakkan tangan berdampingan dengan saudara­-saudaramu dan tutupilah sela-sela shaf itu. Karena sesungguhnya setan itu memasuki sela-sela itu tak ubahnya bagai anak kambing” (HR. Ahmad & Thabrani dari Abu Umamah). Semua ini menunjukkan bahwa merapikan shaf memiliki kedudukan penting dalam mendirikan, membaguskan, dan menyempurnakan shalat. Kerapian shaf mengandung keutamaan, pahala, menghimpun dan menyatukan hati kaum muslimin, dan pertolongan Allah Swt. pun niscaya semakin dekat.
(Sumber: Majalah Al Falah, September 2008)
Semoga dengan mengetahui hikmah dari shaf yang rapat dan lurus, diantara kita sebagai sesama muslim sholatnya menjadi lebih khusyu dan memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang tinggi. aamiin.. yang mau copaz, dipersilahkan agar lebih banyak sahabat muslim kita yang tahu..:D

1 komentar:

  1. Untuk menempelkan kaki saya kurang setuju, coba baca dulu referensi lainnya. Karena belun ada rasulullah mengatakan bahwa harus menempelkan kaki yg ada hanya menempelkan bahu, coba dicari lagi diskusi masalah ini. Tapi untuk meluruskan dan merapatkan memang ada karena itu bagian kesempurnaan berjamaah tidak boleh ada celah dalam artian bahu dengan bahu menempel. Karena untuk pria kalau menempelkan kaki itu mengganggu khusyuknya solat, apalagi kalau kaki sebelahnya tidak mau diam sering bergerak kecil tentu seperti kita solat ada yg menggelitik atau mengusik, itu mengganggu jamaah lainnya, tapi kalau bahu tidak karena tidak kukit bertemu kulit. Dan yg saya tahu lebar kaki itu tidak boleh ngangkang dan tidak pula rapat, sejajar dengan bahu dalam bukan luar, lebih tepatnya sekitar daerah ketiak dan insyaAllah tidak susah pas tashahud akhir. Cuma mau berbagi biar ilmu yg kita dapat lebih luas, karena saya juga mencari referensi2 untuk masalah ini soalnya saya merasa terganggu saat solat berjamaah ada kaki yang menempel dan sering bergerak kecil jadi saya coba cari mana cara solat berjamaah yg lebih tepat, dan dari yang saya baca yg terang2an mengatakan harus menempelkan mata kaki adalah orang yg membaca hadist tapi tidak berdiskusi dengan para ulama dan beliau lahir di abad 20 bukan bagian dari ulama2 besar yang memiliki ilmu tentang sholat turun temurun dari orang yg pernah melihat rasul sholat. Mungkin bisa dicari pembahasan lengkapnya di google beserta tata cara sholat menurut imam bukhari

    BalasHapus