Nilai Kehidupan dari Sang Ayah
Malam itu tgl. 31 Januari 2014, sehabis makan malam, ga' sengaja liat acara Kick Andy yang temanya "My Dad My Hero", yang menurutku acaranya sangat inspiratif banget, karena menceritakan kesuksesan seseorang yang berasal dari nilai-nilai kehidupan yang diberikan oleh orang tuanya, terutama sang ayah.
Narasumber acara tersebut antara lain adalah Bp. Arwin Rasyid (Presdir Bank Swasta), DR. Nono Sampono (TNI-Purn)-(Pernah ikutan Pilgub Jakarta yang berpasangan dgn Alex Nurdin), dan Kakak beradik Tantowi dan Helmy Yahya (Entrepreneur).
Acara ini sangat menarik karena dari ketiga narasumber banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang baik yang mereka dapatkan dari ayah-ayah mereka, yang terbukti mereka dapat meraih kesuksesan dari gemblengan dan didikan keras dari sang ayah.
Ada pepatah yang mengatakan, “ayah adalah guru terbaik dalam memberikan pelajaran tentang kehidupan.” Sosok ayah di dalam keluarga adalah panutan bagi anak-anaknya. Di mata anak laki-laki, ayah adalah role model yang akan membentuk karakter dalam diri mereka
Salah satunya adalah Arwin Rasjid yang saat ini menjabat sebagai CEO sebuah bank swasta nasional. Menurutnya kesuksesan yang diraihnya sekarang adalah buah dari keteladanan sang ayah, Sutan M. Rasjid, yang pernah menjadi diplomat di Itali kemudian menjadi Mensos pada pemerintahan presiden Sukarno yang lalu, yang selalu memberikan pelajaran hidup yang berharga.
Dimata Arwin, ayahnya adalah sosok yang memegang prinsip dalam menjalani hidup. Meskipun lahir dan besar diluar negeri, Arwin fasih berbahasa minang. Karena orang tuanya selalu membiasakan dirinya berbahasa daerah dirumah. Sebagai anak diplomat, Arwin dididik agar tidak manja dan mau bekerja keras. Terbukti saat lulus sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia, Arwin kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Hawai melalui jalur beasiswa.
Nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh ayahnya menjadi pegangan hidup bagi dirinya. Seperti kita harus :
1. Respek pada semua orang, karena hidup itu bagaikan roda yang berputar, kadang diatas kadang dibawah, sapa tahu yang dulu jadi bawahan kita suatu saat bisa jadi atasan kita.
2. Jangan takut pada atasan tapi hormati, takutlah hanya pada Allah Swt. jadi kita harus berani mengeluarkan pendapat walau pendapat kita belum tentu diterima
.
3. Lebih baik memilih tidur nyenyak daripada makan enak, maksudnya adalah lebih baik bekerja yang lurus ( tidak neko-neko), dibanding bekerja tidak sesuai hati nurani sehingga tidak bisa membuat tidurnya nyenyak. Hal itulah yang kemudian membuat dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisi strategis di salah satu BUMN. Sebuah keputusan yang langka.
4. Hiduplah dengan hemat dan disiplin, walaupun beliau hidup dgn kecukupan namun kebiasaan yang ditanamkan sangat baik seperti matikan lampu yang tidak perlu, matikan keran saat keluar kamar mandi, dan lain sebagainya
Sosok berikutnya adalah Letjen TNI (Purnawirawan) Nono Sampono, yang merupakan jenderal bintang tiga yang pernah menduduki beberapa jabatan penting di TNI Angkatan Laut. Nono adalah lulusan terbaik di Akademi Angkatan Laut tahun 1976.
Dibesarkan dalam kondisi yang sangat sederhana tidak lantas membuat pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan SAR Nasional ini putus asa. Ayahnya, Idris Sampono hanya seorang sopir namun ia berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya. Nilai Kehidupan yang diberikan sang ayah adalah “Untuk menjadi orang sukses, kita harus menjadi orang yang baik dan juga pintar.” Kutipan sederhana ini adalah nasehat yang selalu diingat Nono dari sang ayah. Ayahnya menerapkan kedisiplinan dan nilai-nilai hidup kepada Nono. Nilai-nilai ini kemudian ia wariskan kepada anak-anaknya.
Jadi jika lebih di perinci nilai-nilai tersebut adalah ;
1. Sering-seringlah kita berbuat baik, sehingga dengan demikian akhirnya kita akan disebut orang yang baik (walaupun kadang kita juga pernah berbuat salah), namun ;
2. Baik saja tidak cukup tetapi kita harus juga pintar, karena walaupun kita baik, tetapi jika kita bodoh tentu kita bisa dengan mudah dibodohin orang.
3. Jika kita telah sukses, janganlah kesuksesan itu untuk diri sendiri tetapi berbagilah pada sekitar kita, jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain
Dan hal itu di realisasikan oleh Bp. Nono dgn membangun Pesantren kecil-kecilan di dekat tempat tinggalnya, dan beliau sendiri kadang ikut mngajarkan pada anak-anak tersebut
Narasumber ke-tiga adalah Tantowi Yahya dan Helmy Yahya, kakak beradik yang sama-sama terjun di dunia entertainment dan sukses. Kesuksesan yang diraih mereka sekarang adalah buah dari pendidikan yang diterapkan ayah mereka, H. M. Yahya Matusin yang berprofesi sebagai seorang pedagang kaki lima.
Meskipun dibesarkan dalam kondisi ekonomi pas-pasan. Baik Tantowi maupun Helmy tumbuh menjadi anak-anak yang berprestasi. Helmy selalu mendapat predikat terbaik sejak di sekolah dasar hingga lulus dari Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN). Tantowi sendiri sejak SMA sudah belajar sambil mengajar bahasa inggris. Kemampuan bahasa ini kemudian mengantarkannya menjadi salah satu MC yang handal.
Baik Tantowi maupun Helmy mengakui bahwa tanpa didikan keras dari sang ayah, belum tentu mereka bisa sukses seperti sekarang. Mereka sadar apa yang dilakukan sang ayah adalah cambuk bagi mereka agar tidak hidup susah dikemudian hari. Kini Helmy dikenal masyarakat sebagai raja kuis, lebih dari 150 program televisi telah dihasilkannya. Sedangkan Tantowi terjun ke dunia politik dan berhasil menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014. Satu hal yang disayangkan oleh mereka berdua adalah sang ayah belum sempat merasakan kesuksesan mereka karena sudah lebih dulu dipanggil oleh Sang Khalik.
Jadi nilai kehidupan yang diambil dari Tantowi dan Helmi Yahya adalah bahwa seorang anak sejatinya berbakti/ menyenangkan kedua orang tuanya sebagai balasan atas kerja keras kedua orang tuanya sewaktu mereka kecil dan sekolah dulu, karena terbatasnya waktu bersama mereka, contohnya Helmi Yahya saat menerima gaji pertamanya, ayahandanya keburu wafat karena sakit, sehingga beliau merasa sedih.
Demikianlah nilai-nilai kehidupan yang bisa digali dari ke-tiga narasumber diatas, semoga dapat bermanfaat bagi generasi-generasi muda sekarang dalam mengarungi kehidupan, agar dapat menjadi manusia yang bermanfaat, yang sesuai dengan cita-cita tertinggi manusia dalam ajaran Islam, yaitu manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfat bagi orang lain.
Wallahu'alam bi showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar