Kisah yang inspiratif bagi kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.. sesuai masalah yg kita hadapi, dan semoga Allah juga cepat menjawabnya.. Aammiinn..
RATIH SANGGARWATI : Bangun Malam Hanya Untuk Membayar Dosa
Tahukah Ibu sekalian? Sekarang tiap malam saya bangun (bertahajud-red) hanya untuk membayar masa lalu saya yang lalai. Kelalaian agama selama sebelas tahun lampau yang tak sanggup saya bayar, sebut mantan pragawati papan atas, Ratih Sanggarwati, ketika berbicara pada acara Talk Show Cantik Berjilbab dengan Kosmetik Alami, di Balai Tgk Chik Ditiro Banda Aceh, (26/9).
Duta Dhuafa Hr Republika ini pun menjelang tengah hari Minggu itu dengan lancar dan transparan memaparkan kembali pengalaman batinnya ketika memutuskan menutup aurat, layaknya kewajiban berpakaian wanita muslim.
Nun sebelas tahun silam, ketika ia masih “hilir-mudik” di lantai praga, pada mulanya memang terbersit rasa tak tentu di sanubarinya karena alpa terhadap perintah Allah SWT. Sehari dia memang gelisah, dua hari datang sedih, tiga hari bingung, lalu muncul pertanyaan bagaimana ini? Namun lama-lama kegaulauan itu sama sekali tak pernah dirasakannya lagi. Toh peristiwa lalai agama menjadi biasa saja bagi Ratih waktu itu.
Dan rutinitas di dunia yang dicap glamour dan telah membawanya hampir ke seluruh dunia tersebut berjalan sampai sebelas tahun. Uang, teman kondang, pergaulan jet set, ketenaran dan pengaruh telah melelapkan Ratih secara duniawi.
Kapan penulis buku Noor Kerudung Cantik (27 Reka Gaya Berkerudung-2004) ini tersadar dari tingkah laku buruk kefanaannya?
Suatu hari di tahun 1977 setelah hampir dua tahun menunggu kehamilan anak pertamannya, Ratih istirahat dari show. Waktu itulah perempuan ini punya kesempatan untuk datang ke majelis taklim. Hasilnya memang tak serta merta membuat Ratih lantas pakai jilbab, masih diwarnai keraguan, terlebih dengan pertimbangan karirnya sebagai model.
Hanya saja dari satu kunjungan ke kunjungan lainnya membuat Ratih kian merenung sembari membayangkan kesalahan-kesalahan masa lalunya. “Bayangkan, ketika itu saya pakai rok mini lalu diikuti oleh sekian orang, masyaallah, alangkah berdosanya saya. Saya juga merenung lagi, bahwa doa anak yang shaleh lah yang diterima Allah, lalu bagaimana bisa saya mendoakan orangtua saya?.Lantas bagaimana pula saya menjadi teladan bagi anak-anak saya. Bukankah seorang ibu sama dengan madrasah bagi anak-anaknya?” papar Ratih pada acara yang bekerjasama dengan Ahad-neT Banda Aceh tersebut.
Diam-diam ada yang menyelinap di hati Ratih. Makin hari makin menggetik kalbunya. Kenapa dirinya yang sudah mendapatkan segala keinginan, tapi tak patuh pada Ilahi?
Begitulah, keiingin Ratih mengenakan untuk menutup aurat luar biasa menggelora. Ia berkata pada Allah, “Ya Allah saya ingin tunduk pada Engkau. Saya ingin menurut pada-Mu.”
Maka di saat Ratih ingin kembali ke jalan Allah, tak angin tak hujan, datanglah sebuah tawaran dari pemilik perusahaan produk kecantikan islami, Dra Hj Nurhayati Subakat Apt, namanya.
“Mbak Ratih, Mbak punya keinginan tidak mengenakan kerudung?” tanya Nurhayati melalui telepon (pertanyaan itu sebenarnya membuat sebal Ratih, bukankah dia sebenarnya memang sedang penasaran-penasarannya mau mengenakan jilbab?).
Namun Ratih juga bengong atas pertanyaan itu? Pasalnya, pertanyaan tersebut datang pada siang bolong dan Ratih sedang tenang-tenang di rumah. Sebaliknya, Ratih merasa ada sesuatu yang lain. Di saat dia memang sedang gundah gulana tentang bagaimana caranya agar dirinya menurut pada jalan Allah, justru jalannya terbuka sekarang.
“Pake kerundung yang bagaimana? Yang seperti Mbak Tutut?”
Oo bukan Mbak. Yang ketutup betul, tegas Nurhayati sembari mengatakan bahwa produk kecantikan keluaran perusahaannya memerlukan model yang mengenakan kerudung (baca jilbab).
Ratih semakin tak habis pikir, lalu mempertanyakan kenapa dirinya yang ditawari kontrak itu, dengan bayaran puluhan juta pula hanya untuk pakai kerudung lalu difoto. Ia makin tercenung lagi. Bukankah selama tiga bulan terakhir dia telah “ngobrol” dengan Allah? Selama tiga bulan itu Ratih pun pernah mengatakan pada-Nya, “Saya rindu kepada Engkau Ya Allah. Tolong saya dimudahkan. Ya Allah saya takut popularitas menjauh dari saya. Saya tahut kehilangan uang yang telah lama saya kumpul dari jerih payah saya. Saya takut kehilangan teman dan pergaulan jet set saya. Saya takut keluarga tak mendukung saya. Saya takut wartawan menjauhi saya.”
Tapi sekelebat itu Ratih sadar. Justru kedatangan tawaran Nurhayati tak lain merupakan jawaban dari Allah tentang kemudahan yang ia panjatkan selama ini.
“Dua hari lagi deh Bu,” jawab Ratih dan pembicaraan ditutup. Anehnya itu bukan jawaban bagi Ratih. Ia malah beratanya pada diri sendiri, kok harus diputuskan dua hari lagi, padahal dirinya sangat ingin pakai jilbab. Namun ketika itu pikiran Ratih sedang teraduk-aduk, antara godaan setan dan kesadarannya ingin menutup aurat.
Ratih pun kembali sangat gelisah. Setelah menutup telepon, perempuan beranak dua ini justru mondar-mandir sendiri di rumahnya. Begini salah, begitu salah, makin tak tenang.
Tak lama kemudian, tiba-tiba bagai terdorong satu kekuatan, saat itu juga Ratih menelepon kembali Nurhayati untuk menyatakan kesediaannya bekerjasama. Ratih kemudian telah menang dari setan yang menggodanya sejak tadi.
Akhirnya dua minggu kemudian Ratih menandatangani kontrak dengan perusahaan milik Nurhayati dalam sebuah acara seremonial yang mengundang wartawan.
Salah satu pertanyaan yang dilontarkan wartawan, “Mbak Ratih kapan mau menutup auratnya?” Ketika itu Ratih malah menanyakan ke Nurhayati kapan peluncuran produk kecantikan keluaran perusahaannya, yang dijawab dua bulan.
“Dua bulan lagi,” jawab Ratih kepada wartawan.
Apa yang terjadi kemudian? Jawaban tadi malah bukan menentramkan. Ratih kembali menggerogoti Ratih dengan rasa bersalahnya. “Kok dua bulan lagi? Dua bulan lagi saya masih diberi napas tidak sama Allah? Kalau selama dua bula lagi saya harus bertemu dengan Allah bagaimana? Maka saya akan kehilangan wajah saya, saya akan menyesal seumur hidup. Saya akan menyesal ketika saya bangkit di Padang Mahsyar,” bergejolak lagi hati Ratih.
Dan dua hari setelah penandatanganan produk kecantikan islami tersebut (Oktober 2000), Ratih mengenakan jilbab. Dia berpikir mana ada itu kontrak dengan manusia. Kontrak dirinya adalah dengan Allah SWT.
So, apa yang dia alami setelah menutup aurat? Ternyata semua pertanyaan batinnya selama ini telah Dibayar tunai oleh Allah SWT. Keluarganya justru makin sayang padanya. Adik-adik iparnya menyusul mengenakan busana muslim. Wartawan sampai sekarang tidak menjauh darinya. Soal uang? “Masya Allah. Hanya untuk baca puisi saya dibayar tiga kali lipat dari honor waktu saya menjadi top model,” ungkap Ratih.
Ternyata lagi, teman-teman tidak menjauhinya. Kalau satu dua ada yang menjauh, itu pertanda dia ditolong Allah. Sebab Ratih selalu berdoa agar dijauhi dengan teman yang menjauhkannya dengan Allah.
Masih soal rezeki dari Allah, tatkala Ratih menerbitkan Noor Kerudung Cantik (27 Reka Gaya Berkerudung-2004), Ratih memang khawatir bukunya akan tak laris, sebab paramuda sekarang ingin modern bagai pemain senetron, penyanyi idola.
Tapi kenyataannya buku karangan Ratih malah laris manis sampai dicetak ulang hingga cetakan ke lima (September 2004). Di Gramedia buku Ratih hanya bersaing dengan buku Harry Potter saja. Bravo-lah Ratih. Kendati cerita ini tidak baru lagi bagi sebagian orang, namun sebagai kaji ulang, tentu ada manfaatnya bagi kita.
By. nani hs
Serambi Ind.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar